Pengaruh doping di area sepak bola: Dari kemampuan fisik atlet hingga sanksi FIFA

Ibukota Indonesia – Doping merupakan pelanggaran serius pada dunia olahraga, termasuk sepak bola. Tindakan pengaplikasian zat atau metode terlarang untuk meningkatkan performa fisik atau mental secara tidaklah wajar ini tidak hanya sekali membahayakan kebugaran atlet, tetapi juga mencederai prinsip fair play yang dimaksud menjadi dasar di setiap kompetisi olahraga.

Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) sebagai badan pengelola sepak bola dunia menerapkan aturan ketat terkait doping. Kerja sejenis erat dengan World Anti-Doping Agency (WADA) dijalankan untuk memberantas penyelenggaraan doping secara menyeluruh, baik melalui tes rutin, pengawasan obat-obatan, hingga penerapan sanksi tegas.

Pengertian lalu jenis doping

Doping merujuk pada pemanfaatan zat atau metode yang digunakan termasuk di daftar terlarang (prohibited list) WADA. Tujuannya adalah memperoleh keuntungan kompetitif secara bukan adil, seperti peningkatan kekuatan otot, daya tahan, atau kecepatan pemulihan tubuh.

Beberapa zat yang mana kerap digunakan pada praktik doping meliputi:

  • Stimulansia, seperti amfetamin kemudian kokain, untuk meningkatkan fokus serta energi.
  • Steroid anabolik, untuk menambah massa otot lalu kekuatan.
  • Hormon perkembangan manusia (HGH), guna mempercepat pemulihan jaringan.
  • Erythropoietin (EPO), yang dimaksud meningkatkan kadar oksigen pada darah.
  • Diuretik, yang tersebut digunakan untuk menurunkan berat badan dengan cepat lalu menyembunyikan jejak zat terlarang.

Selain zat kimia, terdapat pula metode doping seperti blood doping (penyuntikan ulang darah sendiri), manipulasi genetik (gene doping), juga pemanfaatan zat penyamaran (masking agents).

Langkah-langkah FIFA pada pengawasan doping

​​​​​​​FIFA menetapkan beberapa jumlah langkah strategis guna menghindari serta menindak pengaplikasian doping di sepak bola, antara lain:

1. Tes acak kemudian rutin
Pemain dapat dipanggil untuk menjalani tes doping kapan saja, baik ketika kompetisi berlangsung maupun dalam luar musim. Sampel urine juga darah diambil untuk dianalisis oleh laboratorium resmi yang tersebut terakreditasi WADA.

2. Therapeutic Use Exemption (TUE)
Jika pemain membutuhkan obat yang tersebut mengandung zat terlarang untuk alasan medis, maka harus mengajukan TUE terhadap otoritas terkait. Tanpa izin ini, pemakaian obat yang dimaksud masih dianggap sebagai pelanggaran doping.

3. Sanksi tegas
FIFA menjatuhkan sanksi berat bagi pelaku doping, termasuk:

  • Larangan bermain, yang tersebut dapat berlangsung selama beberapa bulan hingga bertahun-tahun, seperti tindakan hukum Paul Pogba.
  • Diskualifikasi tim, apabila ditemukan pelanggaran doping massal di satu tim.
  • Denda finansial terhadap pemain atau klub yang mana melanggar.

Dampak doping di sepak bola

Penggunaan doping miliki dampak serius, baik dari segi kebugaran maupun reputasi olahraga. Dari sisi fisik, doping dapat menyebabkan gangguan jantung, kehancuran organ dalam, hingga ketidakseimbangan hormon. Sementara dari sisi psikologis, pengguna berisiko mengalami kecemasan, depresi, juga ketergantungan.

Secara kompetitif, doping merusak semangat fair play lalu dapat menurunkan kepercayaan umum terhadap kejujuran pertandingan. Pemain yang mana terbukti melakukan doping kerap kehilangan dukungan klub, sponsor, bahkan penggemar.

Upaya global memberantas doping

​​​​​​​FIFA dengan WADA dan juga lembaga anti-doping nasional terlibat mengembangkan sistem deteksi doping yang tersebut lebih banyak akurat, seperti biological passport yang tersebut memantau inovasi biologis tubuh atlet secara jangka panjang. Selain itu, kampanye edukasi lalu seminar rutin diselenggarakan untuk menyosialisasikan bahaya doping, teristimewa untuk pemain muda.

Beberapa negara juga mulai menerapkan sanksi hukum terhadap pelaku doping. Negara seperti Jerman serta Italia telah lama memasukkan pelanggaran doping sebagai aksi pidana, sehingga pelaku dapat dijerat dengan hukuman penjara.

FIFA memandang doping sebagai pelanggaran berat yang merusak nilai-nilai sportivitas pada sepak bola. Melalui regulasi yang dimaksud ketat, pengawasan medis yang ketat, juga sanksi yang tegas, FIFA berazam menjaga integritas juga keadilan pada setiap pertandingan.

Edukasi dan juga kesadaran kolektif seluruh pemangku kepentingan menjadi kunci di menciptakan sepak bola yang mana bersih dan juga sehat dari doping.

Scroll to Top